Kamis, Desember 18, 2008

Takhrij Hadis: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Oleh Tsalis Muttaqin

Pendahuluan
Apa itu takhrij?
Mungkin Anda masih sangat awam dengan istilah takhrij, meskipun istilah ini umum digunakan dalam ilmu hadis.
Untuk mengetahui pengertian takhrij, akan Saya buat ilustrasi sederhana berikut ini:

Anda sedang sedang membaca buku. Dalam buku yang sedang dibaca, anda menemukan hadis yang tidak jelas sumbernya. Misalnya terdapat hadis:
الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيْمَانِ
ِArtinya: Sesungguhnya malu itu bagian dari iman.
Karena hadis ini menarik perhatian Anda, hingga membuat Anda bertanya-tanya: Lho ini hadis riwayat siapa?, sanadnya mana? Status hadisnya bagaimana? Dan seterusnya…
Anda pusingkan ketika mempertanyakan status hadis di atas?


Maka langkah yang Anda lakukan ialah melacak hadis Anda di atas.
Mencari-cari kitab hadis di perpustakaan dan melacak siapa yang meriwayatkan hadis di atas.
Kemudian, setelah membaca kitab shahih Muslim, anda mendapat hadis yang bunyinya seperti ini:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ سَمِعَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلاً يَعِظُ أَخَاهُ فِى الْحَيَاءِ فَقَالَ « الْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ
Artinya: (kata Imam Muslim:)Abu Bakar ibn Abu Syaibah, Amr al-Naqidz dan Zuhair ibn Harb meriwayatkan hadis kepada kami, mereka berkata: Sufyan ibn `Uyainah meriwayatkan hadis kepada kami, dari Zuhri, dari Salim, dari Ayahnya (Abdullah ibn Umar maksudnya), Nabi Muhammad SAW mendengar seorang lelaki yang sedang menasehati saudaranya mengenai malu. Maka sabda beliau: Malu itu bagian dari iman.
Nah, Anda mulai bernafas lega setelah mendapat sebuah jawaban bahwa hadis Anda ternyata terdapat dalam kitab shahih Muslim bab anu halaman sekian. Selanjutnya Anda menuliskan temuan dari shahih Muslim ini sebagai referensi dalam pribadi Anda, atau untuk kepentingan menjelaskan kepada orang lain. Kerja yang anda lakukan ini istilah keren dalam ilmu hadis dinamakan takhrij.
Tapi nanti dulu. Takhrij yang anda lakukan di atas, meskipun sudah benar, namun masih dalam taraf pemula.
Untuk taraf ulama, atau tkahrij tingkat tinggi. Hadis anda di atas akan di bongkar dari seluruh kitab-kitab hadis yang ada, kemudian dibandingkan semua rawi-nya. Di cari perbedaan-perbedaan bunyi hadisnya. Dilacak apakah hadisnya bermasalah atau tidak. Apa komentar ulama mengenai hadis tersebut. Apakah hadis itu shahih, hasan atau dla’if. Atau adakah masalah lain dalam hadis anda tersebut.
Untuk melakukan takhrij atas suatu hadis, terkadang sampai mengabiskan banyak halaman. Tergantung kebutuhan.
Nah. Rumit kan? Rumit tapi asyik. Karena dengan mentakhrij Anda akan dapat melihat cahaya kebenaran. Penjelajahan hadis lewat takhrij, akan menemukan betapa sebuah hadis itu mempunyai banyak versi. Namun bersyukurlah, Anda telah mendatkan sebuah metode ilmiyah yang dalam memperoleh hakikat kebenaran. Kebenaran yang lebih terang dari matahari.
Sebelum Anda bosan membaca ulasan saya di atas, ikuti takhrij hadis “Mencari Ilmu itu Fardlu atas Setiap Muslim” yang saya sarikan dari tulisan dua ulama kaliber berikut ini. Hadis yang hendak ditakhrij, bunyinya:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: Mencari Ilmu itu Fardlu atas Setiap Muslim
Hasil Takhrij Imam Mula ‘Aliy al-Qariy
Hadits:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: Mencari Ilmu itu Fardlu atas Setiap Muslim
Dalam Musnad Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) hadis ini diriwayatkan dari Nasih, dari Yahya, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah RA yang berkata: Rasulullah SAW Bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: Mencari Ilmu itu Fardlu atas Setiap Muslim

Hadis ini masyhur.
1. Selain riwayat di atas, hadis ini diriwayatkan oleh Ibn `Adiy dan al-Baihaqiy, dari sahabat Anas ibn Malik RA.
2. Diriwayatkan pula oleh al-Thabraniy dalam Kitab al-Mu`jam al-Awsath dan al-Khathib al-Baghdadiy, dari Husain ibn Ali RA.
3. Al-Tabraniy dalam Kitab al-Mu`jam al-Awsath meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas RA
4. Imam Tamam meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Umar RA.
5. Al-Thabraniy dalam Kiatb al-Mu`jam al-Kabir meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud RA.
6. Al-Khathib meriwayatkan dari Ali ibn Abu Thalib RA.
7. Al-Thabraniy dalam Kitab al-Mu`jam al-Awsath dari Ibnu Abbas RA.
8. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Sa`id al-Khudzri RA.
9. Dalam riwayat ibnu Majah dari Anas RA berbunyi:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya: Mencari ilmu itu Fardlu atas setiap Muslim dan Muslimah, dan orang yang meletakkan ilmu kepada selain ahlinya, maka ia seperti mengalungi babi dengan permata, mutiara dan emas
10. Ibnu `Abdul Bar dalam Bab Ilmu meriwayatkan dari Anas bin Malik berbunyi:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَئٍْ حَتَى الْحِيْتَانُ فِيْ الْبَحْرِ
Artinya: Mencari ilmu itu Fardlu atas setiap Muslim, dan bahwasanya pencari ilmu itu dimohonkan ampunan Allah untuknya oleh segala sesuatu, sampai ikat di lautan

Perlu diketahui bahwa hadis ini mempunyai banyak jalur riwayat. Beragamnya riwayat ini meniscayakan untuk mengatakan bahwa hadis ini sanadnya hasan. Hukum hasan pada sanad hadis ini tidak dapat dibantah dengan komentar al-Baihaqiy: “Matan hadisnya masyhur, tapi sanadnya dla`if”, karena telah diriwayatkan dari banyak jalur riwayat, meskipun semua jalur sanad tersebut dla`if.

Imam Ahmad pernah ditanya mengenai hadis ini, sebagaimana diceritakan al-Jauziy dalam Kitab al-`Ilal al-Mutanaahiyah, kata Imam Ahmad: “Sanad yang ada pada kita mengenai hadis ini tidak ada satu pun yang shahih”.
Demikian halnya dengan komentar Ishaq ibn Rahawaih, bahwa hadis ini tidak shahih sanadnya.
Sinyalemen dua ulama ini pun tidak bisa menafikan ke-hasan-an sanad hadis ini.

Kata al-`Iraaqiy: “Sebagian imam ahli hadis telah men-shahih-kan sebagian jalur sanadnya”.
Sedangkan kata al-Mizziy: “Semua jalur sanadnya telah mengantarkan hadis ini kepada derajat hasan”.
Al-Daylamiy menegaskan: “hadis ini diriwayatkan pula oleh sejumlah sahabat, seperti Ubaiy ibn Ka`b, Hudzaifah al-Yamaniy, Salmaan al-Farisiy, Samurah ibn Jundub, Mu`awiyah ibn Jaidah, Abu Ayyub al-Anshariy, Abu Hurairah, Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq, Aisyah binti Quddamah dan Ummu Hani’ ”.

Dan sumber-sumber riwayatnya telah tegas bahwa hadis ini masuk dalam hadis mutawatir, sebagaimana dituturkan oleh guru dari para guru kami Jalaluddin al-Suyuthi.
Kata al-Zarkasyi: “Hadis ini diriwayatkan dari banyak jalur, dan setiap jalurnya ada komentar (masalah)”.

Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini dari Katsir ibn Syindhir, dari Muhammad ibn Sirin ibn Katsir, namun kedudukan hadisnya masih diperdebatkan, dan hadisnya hasan.
Kata Ibnu Abdul Barr: “Diriwayatkan dari banyak jalur dan seluruhnya ma`lul”.
Ibnu Abu Dawud meriwayatkan: “Aku mendengar ayahku (Imam Abu Dawud) berkata: Tidak ada dalam hadis “thalabul ilmi fariidlah” yang lebih shahih dari sanadku ini”.

Dalam Kitab Syarh al-Jami` al-Shaghiir karya al-`Ulqamiy dituturkan: Imam Nawawi ditanya mengenai hadis ini, dan ia menjawab: “Itu hadis dlaif, meskipun pengertiannya shahih”.
Murid Imam Nawawi, yakni al-Hafidh al-Mizziy mengatakan: “Hadis ini diriwayatkan dari berbagai jalur yang mencapai derajat hasan. Aku melihatnya ia mempunyai 50 jalur sanad yang telah aku himpun dalam bagian tersendiri. Dan aku menghukumi hadis ini shahih, tetapi shahih bagian kedua, yakni shahih li ghairihi”.

Kesimpulan Mula `Aliy al-Qariy: “Telah diterangkan di atas, bahwa sebagian imam ahli hadis telah men-shahih-kan sebagian jalur sanadnya, maka hadis ini masuk bagian kedua dari hadis shahih, yakni shahih li ghairihi”.
(disarikan dari Syarh Musnad Abu Hanifah karya Imam Mulaa ‘Aliy al-Qaarii, Juz 1 halaman 537-538)


Hasil Takhrij Imam al-Sindiy
Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini dengan bunyi:
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ ».
Artinya: “Hisyam ibn `Amar meriwayatkan hadis kepada kami: Hafsh ibn Sulaiman meriwayatkan hadis kepada kami: Katsir ibn Syindhir meriwayatkan hadis kepada kami: Dari Muhammad ibn Sirin, Dari Anas ibn Malik yang berkata: Rasulullah saw bersabda: Mencari ilmu itu Fardlu atas setiap Muslim, dan orang yang meletakkan ilmu kepada selain ahlinya, maka seperti mengalungi babi dengan permata, mutiara dan emas”.
Di jelaskan dalam kitab al-Zawa’id: Hadis ini sanadnya dla`if (lemah), karena Hafs ibn Sulaiman merupakan rawi yang dla’if.

Imam al-Suyuthi berkata: Syaikh Muhyiddin al-Nawawi (Imam Nawawi), rahimahullah, pernah ditanya mengenai hadis ini dan beliau menjawab: Hadis ini sanadnya dla`if, meskipun isinya shahih (benar).

Jamaluddin al-Mizzy (murid Imam Nawawi) berkata: Hadis ini diriwayatkan dari banyak jalur sanad yang mengangkatnya menjadi hadis hasan. Hadis ini, sebagaimana kata al-Mizzi: “Aku melihanya mempunyai sekitar 50 jalur sanad, dan telah aku himpun dalam satu bagian khusus (juz)”.
(disarikan dari kitab Hasyiyah al-Sindiy `alaa ibnu Maajah jilid 1 halaman 208)

Penutup
Setelah membandingkan kajian takhrij hadis yang dilakukan dua ulama di atas, maka terdapat kesimpulan, bahwa Mula `Ali al-Qari lebih cenderung memberi kesimpulan bahwa hadis:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: Mencari Ilmu itu Fardlu atas Setiap Muslim
statusnya Shahih li ghairihi. Sedangkan al-Sindiy cenderung kepada pendapat bahwa status hadis ini hasan.
Demikianlah. Takhrij atas hadis yang sama, terkadang mempunyai kesimpulan akhir yang berbeda. Mana yang benar? Allah Yang Maha Tahu.
Semoga Allah senantiasa memberi rahmat kepada para ulama dan pemimpin kita.
Wallahu a`lam.
Sudah yah. Capek deh.


Tidak ada komentar:

Entri Populer