Sabtu, Desember 22, 2012

KETIKA BERUMUR 1O TAHUN KELAS EMPAT IBTIDAIYYAH

Oleh: Tsalis Muttaqin

Jam empat sore.. Hujan sangat lebat... saya baru saja pulang dari sekolah Madrasah. karena terasa lapar, saya mengambil makan. saya makan sambil jongkok di pinggir pintu belakang rumah, sambil menikmati hujan. 

Melihat saya makan di pinggir pintu. Ibu saya menegur: "Cung... hujan-hujan jangan makan di pinggir pintu, nanti disambar petir."

Selesai ibu saya menegur saya, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. saya melihat bola api meluncur dengan cepat. saya ketakutan. lari dan memanggil-manggil: "Ibuuuu..... ibuuuu...".

Piring nasi yang saya gunakan makan entah kemana. saya lupa.
Saya ketakutan. wajah saya pucat pasi.
Beberapa saat kemudian terdengar kabar bahwa tetangga saya tersambar petir. Syukur masih selamat. Hanya pingsan.
--------------------------------------------
Sejak peristiwa itu, sampai sekarang saya paling takut melihat petir. Jika ada sinar-sinar kilat di langit, saya tidak berani mendongakkan muka. Takut. Trauma atau apa lah namanya. Bola api petir ternyata sangat menakutkan.
--------------------------------------------
Sejak peristiwa itu pula, saya sangat takut sama ibu. saya takut kalau ibu marah. Memang saya akui, sebagai anak, saya pernah membuat ibu saya kecewa dan menangis. (saya memang agak temperamental) Namun menyadari telah berbuat salah, saya (Alhamdulillah) selalu angsung mengiba, menangis dan memohon maaf kepada ibu saya. Saya sangat takut sekali. Tidak sekali hal ini saya lakukan.

Sekarang, ibu saya sudah sepuh. saatnya saya harus menjaga ibu saya. Meskipun saya berada di tempat yang cukup jauh dari ibu, saya berusaha untuk selalu membahagiakan dan mencari ridlanya.

Ibu. Wanita yang tangguh. Cintanya tak bertepi. mengalir tanpa hilir.
Maaf kan aku ibu. jika dalam beberapa hal, saya telah membuat ibu kecewa.

Terimakasih Ya Allah. Peristiwa waktu saya kecil itu telah mengajarkan kepada saya betapa bertuahnya sabda Sang Ibu.

Tidak ada komentar:

Entri Populer