Sabtu, Desember 22, 2012

SEBUAH KISAH: TENTANG PENGABDIAN DAN KESETIAAN

Oleh: Tsalis Muttaqin

Dua hari sudah Mario tergeletak di rumah sakit tak sadarkan diri. Pagi tadi ia baru siuman. Begitu siuman, ia memandang sekeliling. “Aku di mana?” pikirnya. 
Oh… perlahan-lahan ia ingat kejadian yang menimpa dirinya. Ia kecelakaan. Truk yang dikemudikannya ditabrak Colt Diesel yang mengkibatkan dirinya sekarang di rumah sakit. Seluruh tubuhnya terasa nyeri. Di bagian Kaki dan tangannya terutama. Dia menoleh ke samping.

Ahai… dia melihat isterinya berdiri disampingnya. Mata sang isteri kelihatan sembab oleh tangisan dan kurang tidur menemaninya di rumah sakit. Dia begitu terhibur dengan kehadiran isterinya. Justru di saat ia terpuruk tak berdaya di bangsal rumah sakit.



Tiga hari kemudian.
Dokter memvonis lengan tangan kanannya harusdiamputasi, karena teralu banyak mengeluarkan darah. Ia pasrah. Hingga pada saatnya, proses operasi amputasi tangannya selesai. Ia menangis. Ia meratapi. Namun di saat sulit itulah justru istrinya setia di sampingnya.

“Sudahlah Mas. Diterima saja apapun kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Toh semua ini tidak akan terjadi tanpa kehendakNya. Inilah ujian yang harus kita terima dengan sabar. Allah tidak akan menguji hambaNya dengan ujian yang ia tidak mampu menanggungnya,” hibur isterinya.

Ia terharu..di saat seperti ini justru isterinya rela menemaninya. Dalam hatinya ia bersyukur punya isteri yang benar-benar mampu menjadi teman di saat suka dan duka. Sungguh ia tidak dapat membayangkan betapa susahnya menjadi isteri dari suami yang tangannya putus!

Sebulan setelah perawatan di rumah sakit. Mario diperbolehkan pulang. Dengan tangan terputus dan kaki yang masih lumpuh menunggu pemulihan. Hari-hari Mario hanya menggunakan kursi roda. Isterinya dengan setia mendorong kursi roda itu kemanapun ia pergi. Biaya rumah sakit yang mahal, keadaan suaminya yang tidak sesempurna dulu. Ia tanggung bersama kesetiaan menemani suaminya yang cacat.

Menghadapi hari-hari yang berat. Mario tetap berfikir, bahwa ia harus tetap bekerja. "Saya harus tetap mampu menjadi tulang punggung ekonomi keluarga."
Ya… di saat menunggu pemulihan… Mario sering memberi makan ayam-ayam yang dipeliharanya di pekarangan belakang rumah. Pada saatnya nanti. Jika sudah sembuh total Mario ingin tetap menjadi sopir. Walau hanya dengan tangan palsu!

Tahukah kawan…. kenapa Mario begitu bertekad untuk tetap ingin menjadi sopir lagi? Agar bisa menopang kebutuhan hidup keluarganya? Ia sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan isteri yang mampu menjadi penyemangat hidupnya. Perempuan yang tegar menghadapi apapun keadaan suaminya. Mario secara fisik memang sakit. Tetapi hatinya sehat, bahagia dan penuh cita-cita, karena kehadiran isteri yang mengerti arti cinta dan kesetiaan. Isteri yang mungkin termasuk isteri yang salehah. Isteri yang mampu mendendangkan lagu-lagu indah tentang kasih sayang di saat duka lara datang.

Bangkitlah hai satriaku, sembuhlah sayang
Deritamu deritaku, sembuhlah sayang
Bersinarlah matahariku
Terangi kembali hidupku

Bangkitlah hai satriaku, sembuhlah sayang
Deritamu deritaku, sembuhlah sayang

Bunga sekarang merana dan layu
Karena kumbang tak lagi merayu

Sang permaisuri dirundung nestapa
Karena sang raja di dalam musibah

Tanpa kamu alam seakan berduka
Terlukis di hati yang lara
‘Ku merindukan hari berbahagia
Yang penuh canda, tawa, ria

Dendangkanlah lagi lagu asmara

# Didedikasikan untuk someone yang sedang tertimpa musibah di atas, semoga lekas sumbuh dan bangkit dari keterpurukan. Bersyukurlah dengan isteri yang siap menerima keadaan Anda. Apapun itu.

Tidak ada komentar:

Entri Populer