Minggu, Oktober 28, 2012

CATATAN PERJALANAN: PENGALAMAN KETIKA PESAWAT MENDARAT DARURAT

Oleh: Tsalis Muttaqin

Ini terjadi pada bulan Agustus 2010. sepulang dari Pekan Baru, Riau.
Dalam perjalanan via Sriwijaya Air. Jakarta-Solo.

Pesawat yang sudah hendak mendarat ke Bandara Adi Sumarmo tiba-tiba menggagalkan pendaratan. Pesawat naik lagi berputar-putar di atas bandara. Terdengar pengumuman dari pihak pesawat berkali-kali bahwa "sistem komputer di pesawat tidak memungkinkan pesawat mendarat dengan wajar. Penumpang diharap tetap di tempat duduk dengan mengencangkan sabuk pengaman." Sesekali terdengar pengumuman yang "meminta agar penumpang berdoa untuk keselamatan".

Suasana mendadak hening. Mencekam. Semua penumpang diam. Terlihat wajah-wajah pucat pasi. Pramugari yang dari tadi lalu lalang pun terdiam. Saya sempat menengok kebelakang. Beberapa pramugari dalam posisi berdiri, menggunakan sabuk pengaman dengan wajah tegang.

Penumpang di sekitar sekiar saya pun terlihat komat-kamit. Berdoa. Saya pun demikian. berkali-kali membaca syahadat, istighfar dan shalawat. Terbayang malaikat Izrail menjemput kematian. saya sempat berfikir, kalau ternyata akibat kecelakaan ini, saya cacat patah kaki seumur hidup. Bagaimana nasib saya?

Sudah sekitar 30 menit pesawat berputar-putar di atas bantara.
Dari atas pesawat, di sebelah kanan Bandara terlihat sudah banyak berderet mobil pemadam kebakaran menyiapkan diri.

Tiba-tiba. Pilot membuat keputusan nekad. Tetap mendaratkan pesawat di bandara. Pesawat meluncur turun dengan sangat cepat. Kencang sekali. maklum sistem remnya memang yang bermasalah. suasana semakin sunyi. Hening. Mencekam dan cemas.

Dan Glerrr.. badan pesawat terasa sudah menyentuh dan membentur landasan tanah begitu keras dengan kecapatan yang masih tinggi. Kami terguncang-guncang. Pesawat oleng. Dipaksa berhenti dengan mendadak. Akhirnya pesawat berhenti dengan selamat.

Kami antri turun. saya saksikan, semua orang dalam pesawat berubah menjadi ramah dan baik hati. Kami saling menukar senyum, menyapa, bersyukur dan mengucapkan selamat. Kami layaknya manusia yang masih diberi kesempatan Yang Maha Kuasa untuk hidup kembali.

Kesombongan, kecuekan, egoisme, dan sikap tidak perduli, seketika itu seolah seperti terkubur dalam hidup kami .

Begitulah ceritanya.. kesimpulannya terserah teman-teman semua.
Yang jelas saya masih bersyukur bisa berkumpul dengan keluarga, juga teman-teman semua.

Tidak ada komentar:

Entri Populer