Sabtu, Desember 22, 2012

KISAH DARI MADURA

Oleh: Tsalis Muttaqin

Ini kisah dari Madura. Tentang seorang nenek tua penjual bunga. Untuk menjual bunga di pasar, nenek tua itu harus berjalan kaki cukup jauh. Seperti hari-hari sebelumnya, Usai jualan, Nenek pergi ke masjid Besar di kota itu untuk salat Dhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan daun-daun yang berserakan di sekitar masjid. Selembar demi selembar dipungutnya daun itu, sehingga tidak satu lembar pun tersisa. Tentu saja membutuhkan waktu lama untuk melakukan pekerjaan dengan cara seperti ini. Panas matahari yang begitu menyengat tak dihiraukan. Keringat pun membasahi tubuhnya. Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya.

Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan daun-daun itu sebelum nenek tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia bertanya mengapa daun-daun itu sudah bersih sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepada nenek.
“Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan aku kesempatan untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan daun-daun itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada nenek tua itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskannya dengan dua syarat;
Pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya.

Kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah wafat, dan Anda dapat mengetahui rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya menyadari amal ibadah saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan, karena kebodohan saya. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir, tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw. Setiap kali saya mengambil selembar daun di halaman Masjid, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah saw. Kelak jika saya mati, saya ingin Salam Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.”

-o0O0o-

Nenek tua itu bukan saja mengungkapkan mahabbah/kecintaan kepada Rasulullah SAW dengan tulus. Nenek tua juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah SWT. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran ubudiyyah yang luhur. Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah SAW.

Maha Suci Engkau ya Allah.
Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Entri Populer