Kamis, November 20, 2014

Serangan Mongol ke Baghdad: Runtuhnya Abbasiyah


Siapakah Orang-orang Mongol?
Dalam khazanah sejarah dunia, tercatat bahwasanya bangsa Mongol mulai muncul pada akhir abad ke-12 atau awal abad ke-13 M. Pada mulanya, orang-orang Mongol adalah sekumpulan masyarakat nomad yang mendiami daerah hutan Siberia dan Mongolia luar. Mereka menempati daerah antara gurun pasir Gobi dan danau Baikal. Mereka hidup sebagai pengembara dan tinggal di perkemahan.
Kehidupan orang-orang Mongol dikenal dengan kehidupan bar-bar; mereka tidak mengenal kebersihan dan memakan semua daging binatang. Mereka menyembah matahari di saat terbit dan ada pula yang menganut cabang Nestoria dan Sammaniah yang mempertahankan kepercayaan kuno terhadap kesucian berbagai peristiwa dan benda alam. Sungai, mata air, Guntur , api, dll mereka anggap sebagai ruh-ruh suci, sementara kekuatan teritngginya adalah Langit Biru atau Khokh Tenger. Di sisi lain orang-orang Mongol juga dikenal pemberani, sabar, dan kuat menahan rasa sakit ketika diintimidasi oleh musuh.
Sama seperti orang-orang Arab, Mongol pun menganut paham tribalisme (kesukuan) yang kental. Mereka sangat patuh dan menjunjung tinggi kepala suku mereka.
Para sejarawan Arab sering menyebut mereka dengan orang-orang Tartar, memang demikianlah, orang-orang Mongol ini memang satu anak rumpun dengan bangsa Tartar.



Jenghis Khan
Jenghis Khan adalah tokoh sentral dalam sepak terjang perjalanan sejarah bangsa Mongol. Berkat kepemimpinannya bangsa Mongol yang awalnya hanyalah orang-orang sabana yang tidak mengenal dan dikenal oleh peradaban luar, kemudian menjadi bangsa penakluk yang disiplin dan memiliki keterampilan perang yang sangat diperhitungkan.
Ia lahir pada tahun 1162 M di wilayah Daeliyun Buldagha, Mongolia. Ia merupakan anak dari seorang kepala suku yang bernama Ishujayi dan nama kecilnya adalah Temujhin yang berarti besi atau baja yang kuat.
Kehidupan Temujhin cukup keras dan hal ini tentu saja berpengaruh dalam pembentukan karakter dan kepribadiannya. Saat berumur 13 tahun, terjadi perselisihan dan perpecahan di dalam suku Kiyat, keluarga Temujhin pun menjadi tawanan perang. Dari sinilah kemudian dia bangkit dan menjadi seseorang yang memiliki karakter yang keras dan kuat.
Ia menggantikan ayahnya sebagai kepala suku saat berusia 13 tahun. Awal kepemimpinannya dimulai dengan tantangan berat, yakni mempersatukan suku-suku Mongol yang terpecah-pecah. Setelah orang-orang Mongol bersatu, ia berhasil memimpin rakyatnya menaklukkan beberapa daerah di sekitar wilayah China.
Pada tahun 1211 M, Jenghis Khan dan pasukannya yang berjumlah 100.000 prajurit yang ia bagi menjadi 10 kelompok, berangkat menuju China untuk menaklukkan daerah tersebut. Mereka membuka kemenangan dengan berhasil menaklukkan wilayah Xi Xia. Kemudian ekspansi dilanjutkan menuju Beijing yang diperintah oleh Dinasti Jin pada tahun 1214 M. Mereka mengepung Beijing yang memiliki tembok pertahanan terkokoh di masa itu. Dengan pengepungan yang semakin ketat dan menyulitkan, akhirnya Kaisar Jin menyerah dan bersedia menjadi negara koloni Mongol di bawah kepemimpinan Jenghis Khan. Kaisar Jin menyerahkan seorang puteri untuk diperistri Jenghis Khan, 500 bocah laki-laki dan perempuan, 3000 kuda, dan 10.000 gulungan sutra.
Yang menjadi perhatian dari penaklukkan Jenghis Khan bukan hanya kekejamannya dalam berperang, yang memanfaatkan para tawanan sebagai tameng pelindung di saat menyerang, tapi juga bagaimana ia menaklukkan dengan menebarkan sebuah teror yang sangat menakutkan. Apabila sebuah negeri menyerah, maka ia akan meminta upeti dan negeri tersebut harus bersedia menjadi wilayah koloni yang harus menaati perintah-perintahnya. Namun apabila sebuah negeri ditaklukkan dengan cara berperang, maka ia akan membantai semua orang yang ada di dalam negeri tersebut meskipun mereka adalah warga sipil bahkan wanita dan anak-anak. Sebagai contoh adalah penyerangan terhadap wilayah-wilayah Khawarezm, lebih dari 2,5 juta jiwa  dibantai oleh pasukan-pasukannya.

Ekspansi ke Kerajaan Islam
Kisah ekspansi bangsa Mongol ke kerajaan-kerajaan Islam adalah sebuah kisah pilu yang begitu mengerikan. Salah seorang sejarawan ketika hendak mengisahkan ekspansi Mongol ke wilayah Islam, ia mengatakan, belum pernah ada sebelumnya sebuah budaya yang menggunakan kekuatan untuk membinasakan seperti bangsa Mongol, dan belum pernah sebelumnya sebuah budaya menderita sebagaimana yang tak lama lagi akan diderita dunia muslim.
Sebelumnya kabar tentang jatuhnya Beijing ke tangan Mongol sempat terdengar oleh seorang duta dari Khawarezm. Ia pun merasakan keheranan yang sangat, bagaimana bisa kota yang sangat hebat dan terlindungi dengan sangat baik telah jatuh ke tangan kaum yang semata-mata adalah pengembara. Ia mengabarkan bahwa tulang-belulang orang-orang yang dibantai telah membentuk gunungan-gunungan dan tanahnya berminyak karena lemak-lemak dari jasad-jasad tersebut. Ia bahkan membenarkan sebuah cerita gila yang mengatakan bahwa 60.000 gadis menjatuhkan diri dari atas tembok demi menghindarkan diri jatuh ke tangan orang-orang Mongol. Dan sebentar lagi bangsa Mongol akan masuk ke wilayah Islam dan menorehkan kengerian yang lebih dari apa yang terjadi sebelumnya.
Ada beberapa alasan yang ditengarai menjadi latar belakang Jenghis Khan mengekspansi negeri-negeri Islam. Pertama, alasan yang terpenting melebihi segalanya adalah penaklukkan tersebut merupakan takdir yang dibebankan oleh langit kepada dirinya tanpa disertai alasan yang jelas. Sementara penghancuran adalah hanya masalah strategi dan pembantaian adalah ekses dari peperangan.
Kedua, masalah ideologi.  Orang-orang Mongol termasuk Jenghis Khan adalah penganut ajaran Shammaniah yang mempertahankan kepercaaan kuno terhadap kesucian berbagai peristiwa dan benda alam, diantaranya: air, api, hujan, dan petir. Sementara umat Islam menggunakan benda-benda suci tersebut, dalam hal ini air, sebagai perantara dalam ritual ibadah dan Islam pun memerangi keyakinan paganisme dan animism yang masih dipercayai oleh orang-orang Mongol. Hal ini turut memotivasi bangsa Mongol memerangi Islam.
Ketiga, penyeragannya dilatarbelakangi keinginan untuk membalas dendam. Menurut sejarawan Barat, Jenghis Khan pernah mengutus delegasi dagangnya ke kerajaan Khawarezm, lalu Shah Muhammad sebagai penguasa Khawarezm menilai delegasi tersebut sebagai mata-mata dan membunuh mereka semua. Shah Muhammad khawatir tentang sifat bar-bar dan kekejaman orang-orang Mongol seperti kabar yang ia terima melalui dutanya sebagaimana yang telah kami sampaikan.
Sementara menurut sumber lainnya perselisihan tersebut terjadi karena orang-orang Mongol yang masih liar dan biadab belum pernah mengenal dunia luar kecuali di era Jenghis Khan, merampok dan menyiksa tiga pedagang kain muslim dari Bukhara (1212 M). Lalu orang-orang Mongol tersebut tertarik untuk mendapatkan harta yang lebih banyak lagi, mereka pun mengutus 150 orang dari kalangan mereka ke wilayah teritorial muslim. Mengetahui kedatangan orang-orang Mongol ini,  Gubernur Ghayar Khan menagkap dan meng-qishahs mereka semua, namun satu orang berhasil meloloskan diri dan mengabarkan peristiwa di Utrar ini hingga sampailah kepada Jenghis Khan.
Tahun 1219 M, Jenghis Khan membawa 200.000 pasukannya bergerak ke Barat melalui Transoxiana.  Ia berhasil menduduki kota-kota yang makmur seperti Bukhara dan Samar Khand dan membunuh semua penduduknya sebagai pembalasan dendam. Kemudian mereka berangkat ke kota-kota lainnya hingga korban tewas mencapai angka 2,5juta jiwa lebih. Inilah awal mula penderitaan umat Islam disebabkan invansi orang-orang Mongol.

Persiapan Penaklukkan Daulah Abbasiyah
Pada tahun 1227, Jenghis Khan wafat, ia meninggalkan wilayah kekuasaan yang sangat luas. Keturunan-keturunannya melanjutkan tugasnya sebagai penguasa dan penakluk dunia. Pada generasi keempat, Mongol dipimpin oleh Kaisar Munk Khan. Dalam menjalankan kekuasaannya, Munk Khan dibantu oleh tiga orang saudaranya. Pertama, Ariq Buqan yang tinggal bersamanya di ibu kota Mongol, Qora Qorum, membantunya mengatur pemerintahan pusat. Yang kedua adalah Kubilai Khan, seorang raja masyhur yang sempat menyerang tanah air nusatara. Ia memegang kekuasaan Mongol di wilayah-wilayah Timur, seperti China dan Korea. Dan yang ketiga adalah seorang raja kejam yang karakternya paling mirip dengan Jenghis Khan, ia adalah Hulagu Khan. Hulagu menguasai daerah bekas-bekas kerajaan Persia dan sekitarnya. Wilayah yang langsung berhadap-hadapan dengan teritorial Dinasti Abbasiyah.
Setelah berhasil menaklukkan sebagian wilayah Eropa, Mongol melirik kerajaan besar lainnya untuk mereka taklukkan, Daulah Abbasiyah. Hulagu Khan sebagai perwakilan Mongol di Asia Barat pun bersiap-siap mewujudkan cita-cita besar tersebut. Rencana penaklukkan Abbasiyah ia rintis pada tahun 649 H, lima tahun sebelum mereka menginjakkan kaki di Baghdad. Hulagu menyadari kekuatan yang dimiliki oleh kerajaan Islam ini cukup besar, oleh karena itu persiapan eksapansi ini harus benar-benar matang. Lima tahun sebelum kedatangannya menuju Irak, Hulagu memulai persiapannya dengan memperbaiki jalur yang akan dilintasi pasukan Mongol dari wilayah Cina hingga menuju Irak. Ia juga membangun jembatan-jembatan besar di sungai-sungai antara China dan Baghdad untuk mengangkut alat-alat berat sebagai materi peperangan.
Tidak hanya persiapan materi, Mongol juga memainkan politik yang dinamis. Melalui raja agung mereka, Munk Khan, Mongol berhasil melobi raja Armenia dan raja-raja Nasrani di wilayah Syam untuk bekerja sama dengan Mongol menaklukkan Daulah Abbasiyah. Selain itu, mereka juga merekrut orang-orang dalam Daulah Abbasiyah seabgai mata-mata, seperti Muayyiduddin al-Qomi asy-Syi’i, ia adalah perdana menteri berideologi Syiah yang sangat membenci Ahlussunnah, kemudian Badruddin Lu’lu’, amir wilayah Mosul.
Setelah genap lima tahun, persiapan yang direncanakan oleh Hulagu pun rampung. Jalan-jalan dari China menuju Irak telah siap dilalui oleh tentara dan alat-alat berat yang akan mereka bawa. Lobi-lobi politik dengan penguasa-penguasa daerah yang akan mereka lewati pun mencapai kesepakatan, sehingga pasukan Mongol bisa lewat dengan aman dan tidak perlu membuang energi ekstra untuk berperang.
Hulagu tahu persis keadaan Daulah Abbasiyah; kelemahan dan potensi-potensi kekuatan yang bisa diandalkan Abbasiyah,  keadaan militernya, dari jumlah tentara hingga peralatan-peralatan militer, sampai-sampai keadaan psikologi masyarakat Abbasiyah pun Hulagu mengetahuinya. Hal ini tentu saja berkat bantuan Muayyiduddin al-Qomi asy-Syi’i dan mata-matanya yang banyak tersebar di lingkungan Daulah Abbasiyah. Di sisi lain, raja-raja Nasrani di daerah Armenia dan Anthakiyah siap memberikan bantuan militer kepada Mongol.
Dengan demikian, Hulagu bisa memastikan bahwa tentara Abbasiyah tidak akan mampu membela diri mereka sendiri apalagi menyelamatkan Daulah Abbasiyah. Ia sangat yakin Baghdad dan Daulah Abbasiyah akan hancur di tangannya dan pasukannya. Pasukan Mongol pun berangkat dari wilayah Persia bagian Barat menuju Baghdad.
Hulagu membagi pasukannya ke dalam tiga kelompok: kelompok pertama adalah para pembesar pasukan, terdiri dari panglima perang dan pimpinan-pimpinan kabilah. Pimpinan kelompok ini adalah Hulagu Khan sendiri. Kelompok ini akan mengepung Baghdad dari sisi Timur. Kelompok kedua adalah pasukan sayap kiri yang dipimpin oleh jenderal perang terbaik Hulagu Khan, yaitu Katbughan. Pasukan ini dikondisikan sedemikian rupa sebagai pasukan siluman. Mereka akan bergerak menyelinap sehingga tidak akan diketahui kedatangannya kecuali tinggal beberapa kilometer dari Baghdad. Jarak Baghdad dengan tempat pemberangkatan pasukan, Kota Hamdan, adalah 450 Km. Katbughan memimpin pasukannya untuk mengepung Baghdad dari wilayah Timur Laut. Sementara kelompok terakhir dipimpin oleh Baiju, pasukan ini tidak kalah menakutkannya dibandingkan dengan dua pasukan sebelumnya. Pasukan inilah yang dikirim Mongol untuk menaklukkan Eropa dan mereka akan menyerang Baghdad dari sisi Barat.

Awal Pengepungan
12 Muharam 656 H pasukan Mongol mengepung kota Baghdad. Diawali dengan kedatangan pasukan Hulagu Khan di sisi Timur dan Katbughan di sebelah Timur Laut. Baghdad pun tersentak, Khalifah Mu’tashim Billah mengumpulkan pembesar-pembesarnya untuk membahas keadaan genting ini, semua pembesar kerajaan berkumpul termasuk juga Muayyiduddin al-Qami. Hasil dari pertemuan ini adalah jihad menghadapi pasukan besar Mongol.
Pasukan Islam dipimpin oleh panglima perang Aybak rahimahullah. Ia memimpin para mujahid untuk berhadapan langsung dengan pasukan Hulagu Khan dan Katbughan yang telah berkumpul. Sebelum berangkat, ia baru mendengar ternyata ada pasukan Mongol dalam jumlah besar di bawah pimpinan Baiju datang dari wilayah Eropa untuk mengepung sisi Barat Kota Baghdad. Panglima Aybak memutuskan pasukan Bayju-lah yang harus dihadapi pertama kali, karena apabila pasukan Bayju tidak dihadapi, maka Baghdad akan jatuh dengan lebih mudah dan dipastikan sejumlah besar umat Islam akan terbantai. Namun ternyata Panglima Aybak dan pasukannya berhasil dikalahkan oleh pasukan Bayju.


Jatuhnya Baghdad
Melihat kekalahan yang dialami pasukan Aybak, Muayyiduddin al-Qami menawarkan kepada Khalifah al-Mu’tashim agar mengadakan negosiasi dengan Hulagu Khan. Khalifah pun menyepakati usul yang diajukan oleh al-Qami dan memerintahkan al-Qami agar menemui Hulagu Khan. Al-Qami berangkat bertemu Hulagu ditemani dengan seorang Nasrani yang juga membenci Khalifah dan Daulah Abbasiyah, nama utusan tersebut adalah Makika.
Setelah tiba di hadapan Hulagu, penghiantan al-Qami semakin menjadi. Ia menjalin kesepakatan yang berdampak sangat buruk kepada Daulah Abbasiyah dan umat Islam secara umum. Hulagu menawarkan kedudukan kepada al-Qami dan Makika apabila keduanya membantu Mongol dalam penaklukkan Daulah Abbasiyah. Dengan cepat keduanya menerima tawaran Hulagu tersebut. Seandainya Hulagu tidak menawarkan keududukan tersebut, keduanya sudah cukup senang melihat Daulah Abbasiyah hancur apalagi ditambah iming-iming kedudukan, tentu ini lebih membuat mereka bersemangat.
Setelah beberapa kali menghadap antara Hulagu dan al-Mu’tashim, al-Qami menyampaikan pesan bahwasnaya Hulagu hendak mengadakan perjanjian dengan poin-poin yang mengesankan kemenangan yang besar bagi Abbasiyah:
-           Menghentikan peperangan antara kedua kerajaan dan diganti dengan hubungan bilateral yang saling menguntungkan.
-           Menikahkan anak laki-laki Khalifah dengan putri Hulagu.
-           Mu’tashim Billah tetap menjadi khalifah.
-           Penduduk Baghdad tanpa terkecuali dijamin keamanannya.
Namun Hulagu mengajukan syarat untuk poin-poin perjanjian tersebut:
-           Hendaknya Baghdad menghancurkan benteng Irak.
-           Menimbun kembali parit-parit (untuk perang).
-           Menyerahkan persenjataan.
-           Baghdad menjadi koloni kerajaan Mongol.
Hulagu meyakinkan bahwa perssyaratan yang ia ajukan adalah untuk mewujudkan keadilan, kemerdekaan, dan keamanan. Setelah kesepakatan ini terwujud, Hulagu berjanji akan kembali ke wilayahnya meninggalkan penduduk Irak, membiarkan mereka berhukum dengan undang-undang mereka sendiri, dan mengatur negara sesuai kebijakan mereka sebelumnya.
Mu’tashim sangat meragukan janji Hulagu ini. Salah seorang penasihat Khalifah mengatakan, ini adalah siasat Hulagu, seandainya Anda menolaknya, pasti Hulagu akan membunuh Anda dan kalau Anda menerimanya masih ada kemungkinan Anda akan selamat walaupun kecil. Mu’tashim pun terus merenungi dan memikirkan langkah apa yang akan ia ambil sementara Hulagu dan pasukannya sudah sangat ingin merampas kekayaan Baghdad dan melihat keindahan kota tersbut dari dalam.
Benar saja, Hulagu tidak mau memberi Khalifah waktu yang panjang untuk berpikir. Ia memaksa Khalifah agar berpikir cepat dengan melempari benteng Baghdad dengan bola api. Panah-panah pun mulai masuk ke istana Khalifah hingga membunuh salah seorang pembantunya di hadapannya. Menurut Ibnu Katsir perlawanan yang dilakukan Baghdad hampir-hampir tidak berpengaruh terhdap orang-orang Mongol.
Melihat keadaan semakin genting, Khalifah meminta nasihat kepada Muayyiduddin al-Qami apa yang harus ia lakukan. Al-Qami menyarankan agar Khalifah secara langsung menemui Hulagu. Dengan lemahnya, Khalifah pun menuruti begitu saja saran dari al-Qami. Ia keluar dari Baghdad bersama menteri-menteri dan pengawal-pengawalnya dalam keadaan rendah dan hina.
Setelah sampai di hadapan Hulagu, kepedihan demi kepedihan dihadapi Khalifah; seluruh pengawalnya dibunuh, kemudian anaknya sulungnya, Ahmad Abul Abbas dibunuh di hadapannya, lalu putranya yang lain, Abdurrahman Abu al-Fadhail dan Mubarak Abu al-Manaqib juga dibunuh dihadapnnya, tidak hanya itu saudari-saudari perempuannya pun ditawan. Kemudian al-Qami memanggil ulama-ulama Ahlussunnah di Baghdad untuk dieksekusi. Barulah mereka sadar bahwa al-Qami adalah musuh dalam selimut, namun semua itu sudah sangat terlambat. Dan terakhir Khalifah al-Mu’tashim pun dieksekusi, ia digulung di sebuah karpet, lalu diinjak-injak dengan kuda hingga ia tewas. Setelah itu Baghdad dihancurkan dan jutaan nyawa melayang, atap-atap mengucurkan darah manusia, mayat-mayat bergelimpangan di jalanan kota. Demikianlah akhir dari kekuasaan Daulah Abbasiyah yang telah berkuasa selama 508 tahun.
Sumber:
         -  Jenghis Khan oleh Jhon Man
     -Islam di Asia Tengah oleh Abdul Karim
     - Qishotu at-Tatar min al-Bidayati ila ‘Ain Jalut oleh Raghib as-Sirjani

Tidak ada komentar:

Entri Populer